Belajar dari Semut

Dikompilasi Oleh: Urip Santoso

Semut merupakan salah satu hewan yang disebutkan dalam Al Qur’an. Meskipun hanya satu ayat, tetapi pengetahuan dan hikmah di dalamnya sangat tinggi nilainya. Sengaja saya mengkompilasi beberapa artikel tentang semut ini, supaya bias dijadikan pelajaran bagi kita semua. Berikut terjemahan ayat tentang semut.

“Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari’.” (An-Naml [27]: 18)

  1. Dalam ayat itu, Allah SWT menggunakan dhomir hiya untuk semut yang memerintah semut-semut lainnya. Secara tersirat, Allah ingin menegaskan bahwa semut dipimpin oleh ratu. Hal itu dibuktikan oleh penelitian akhir-akhir ini.
  2. Lalu, ratu itu berinisiatif untuk menyelamatkan semut-semut lainnya dengan memerintahkan semut lainnya untuk masuk ke dalam sarang mereka masing-masing. Hal ini mengindikasikan bahwa semut memiliki rasa sosial dan peduli yang tinggi. Sang ratu tidak menyelamatkan diri sendiri, tapi juga mengajak rakyat-rakyatnya. Bukti itu pun baru terkuak akhir-akhir ini.
  3. Ayat ini juga mengisyaratkan; bahwa semut punya bahasa, punya komunikasi buat sesama mereka. dan banyak para ilmuwan yang dapat menangkap bahasa semut.  Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon.  Semut adalah salah satu makhluq Allah yang cukup kecil di muka bumi. Meskipun tubuh semut relatif kecil, semut adalah makhluq terkuat yang kedua dimuka bumi ini. Semut mampu mengangkat berat sepuluh kali dari berat tubuhnya, dibandingkan gajah yang hanya mampu mengangkat dua kali lipat berat badannya. Bicara tentang dunia semut, tak kan ada habis nya, dan juga memang diri ini tak punya ilmu tentang dunia semut.

Selengkapnya

Kelemahan Jaring Laba-Laba

Jaring laba-laba yang sangat kuat menahan gaya tarik itu, dapat dengan mudah rusak apabila mengalami tekanan yang besar atau tiba-tiba. Gangguan-gangguan binatang yang membuatnya tercerabut dari pondasinya membuat jaring kehilangan kemampuannya menahan regangan. Sebagai sebuah struktur, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, misalnya putusnya salah satu benang, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Hal ini dikarenakan, kemampuan menahan gaya tarik yang jauh berkurang pada keseluruhan struktur.

Kelemahan lainnya adalah, bagian spiral untuk menangkap mangsa dapat dengan mudah rusak karena hujan, debu atau gerakan mangsa yang terperangkap. Karena itu, jaring laba-laba memerlukan pengurusan terus-menerus. Dalam waktu singkat, sebuah jaring laba-laba dapat kehilangan kemampuan untuk menangkap mangsanya. Jaring itu harus dibongkar dan dibangun kembali secara berkala. Cara yang digunakan oleh laba-laba, adalah dengan memakan dan mencerna kembali benang yang dibongkar, kemudian menggunakannya kembali setelah melalui proses pencernaan. Hal ini berlangsung dalam jangka waktu sekitar 24 jam. Sebagian laba-laba memakan jaringnya pada malam hari dan membangunnya kembali pada pagi hari, sebagian lagi membangun jaringnya pada malam hari dan telah memakannya kembali pagi harinya. Karena itulah, Al-Qur’an mengumpamakan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah SWT seperti laba-laba yang membangun rumahnya dan mengharapkan perlindungan di dalamnya, padahal sebenarnya merekalah yang terus-menerus melindungi rumah itu dari kerusakan.

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabuut [29]:41)

Dalam Tafsir Al-Mishbah, M. Quraish Shihab memaparkan penjelasan Mustafa Mahmud, bahwa ayat di atas tidak menyatakan sesungguhnya serapuh-rapuh benang adalah benang laba-laba, namun menyatakan rumah laba-laba sebagai rumah yang rapuh. Hal ini menunjukkan, bahwa yang dimaksudkan pada ayat di atas, adalah sarang laba-laba sebagai suatu kesatuan struktur. Seperti telah dijelaskan di atas, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Maha Suci Allah yang menciptakan kekuatan di balik kerapuhan dan menyembunyikan kerapuhan di balik kekuatan makhlukNya.

“…Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu..” (QS. Al-Hijr [15]:21)

Selengkapnya

Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di Pedesaan Melalui BMT dan Koperasi Syariah

Oleh : Baihaqi Abdul Madjid
Tazkia Online.com

Latar Belakang

Hernandi de Soto dalam bukunya The Mystery of Capital (2001) menggambarkan betapa besarnya sektor ekonomi informal dalam memainkan perennya dalam aktivitas ekonomi di negara berkembang. Ia juga mensinyalir keterpurukan ekonomi di negara berkembang disebabkan ketidakmampuan untuk menumbuhkan modal. Asset di negara berkembang tidak mampu menjadi modal kerja karena asset tersebut tersandung masalah kepemilikan (property right). Sedangkan pinjaman untuk keperluan penambahan modal diperlukan ketegasan kepemilikan.
Belum adanya lembaga keuangan yang menjangkau daerah perdesaan (sektor pertanian dan sektor informal) secara memadai yang mampu memberikan alternatif pelayanan (produk jasa) simpan-pinjam yang kompatibel dengan kondisi sosial kultural serta ‘kebutuhan’ ekonomi masyarakat desa menyebabkan konsep BMT dapat ‘dihadirkan’ di daerah perdesaan. Continue reading

Flu Burung Merajalela

Beberapa waktu yang lalu, ketika membahas pentingnya menjaga kebersihan, Dr. Choirul Muslim menyinggung tentang flu burung. Flu burung sesungguhnya sudah ada sejak zaman dahulu. Para calon sarjana peternakan telah mengenal penyakit ini dari periode ke periode. Loh mengapa sekarang baru menjadi persoalan/masalah? Ya, karena virus flu burung telah bermutasi menjadi virus yang ganas.

Bagi yang ingin lebih jauh mengenal flu burung dan pernak-perniknya, saya sajikan link yang khusus membahas flu burung. Lihat disini.

Pemingsanan vs Tidak Pemingsanan dalam Penyembelihan Ternak

Rasulullah SAW. bersabda : “Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan (ihsan) pada segala sesuatu, maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh, dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam menyembelih, (yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya” (HR. Muslim).

Terdapat hasil penelitian  Prof. Dr. Schultz dan Dr. Hazim mengenai masalah mana yang lebih berperihewanan? Dipingsankan atau penyembelihan seperti cara Islam? Beliau berdua merancang penelitian sangat canggih mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi tersebut dipasang elektroda tertentu (microchip) yang disebut Electro-Encephalogr aph (EEG). EEG dipasang pada permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak. Alat ini dipakai untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Pada jantung sapi-sapi tersebut juga dipasang Electro-Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar.

Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG dan ECG (yang telah terpasang) beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, separuh sapi disembelih secara Syari’at Islam dan separuh sisanya disembelih secara metode Barat.

Syari’at Islam menuntunkan penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang sangat tajam dengan memotong 3 saluran pada leher bagian depan (saluran makanan, saluran nafas, serta 2 saluran pembuluh darah, yaitu : arteri karotis dan vena jugularis). Syari’at Islam tidak merekomendasikan pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat (Western Method) mengajarkan ternak dipingsankan dahulu sebelum disembelih. Continue reading

MEMPRODUKSI DAGING KURBAN YANG HALAL DAN TAYYIB

Dikompilasi Oleh: Urip Santoso

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (Al-Baqarah: 168)

Daging yang Halal: Proses penyembelihan menurut aturan yang berlaku dalam agama Islam.

Daging yang Baik (Tayyib): Daging yang mempunyai mutu yang tinggi. Karakteristiknya adalah: bebas penyakit menular, tidak terkontaminasi mikrobia pathogen, tidak ada residu senyawa kimia yang membahayakan, komposisi gizi yang masih utuh, bersih.

Jika saya amati prosesi pengolahan daging kurban jauh dari higienis. Sapi disembelih di tanah bercampur kotoran hewan dan kadang kala tanahnya basah. Pemisahan jeroan pun dilakukan di tempat itu juga yang tentu saja kotor dan sudah pasti terkontaminasi mikrobia patogen. Saya lihat juga dagingnya pun sudah bercampur dengan berbagai benda asing lainnya seperti isi perut, kotoran, tanah dan lain sebagainya. Tentu saja kotoran tersebut meresap ke dalam daging. Jadilah daging yang tidak tayyib (baik). Hasil pengamatan saya menunjukkan bahwa sebagian besar pemotongan hewan kurban kurang memperhatikan persyaratan tayyib (baik) yang sebenarnya diperintahkan juga oleh Allah swt tersebut di atas. Continue reading